SELAMAT BERGABUNG TEMAN - TEMAN,,,
DENGAN SAYA "REDIMAN LEONARDO SILAEN"

Senin, 30 Agustus 2010

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
KABANJAHE

Karya Tulis Ilmiah, Agustus 2010


REDIMAN LEONARDO SILAEN


“EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MINDI (Melia azedarach L.) DALAM MEMBUNUH NYAMUK CULEX”
xi + 50 halaman + 6 gambar + 11 tabel + 2 lampiran

ABSTRAK

Dipandang dari sudut kesehatan, kepadatan nyamuk culex merupakan masalah yang sangat penting karena nyamuk culex merupakan vector penyakit yang sangat berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit kaki gajah. Adanya bahaya yang ditimbulkan oleh nyamuk culex tersebut, maka perlu diadakan suatu pengendalian. Penggunaan insektisida nabati dari ekstrak daun mindi (Melia azedarach L) Merupakan salah satu alternatif untuk pengenddalian nyamuk culex. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun mindi (Melia azedarach L.) dalam membunuhn nyamuk culex.,
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen murni dengan metode post-test only kontrol design dengan memberikan berbagai konsentrasi ekstrak daun Mindi (Melia azedarach L.), yaitu konsentrasi 40 gr/l, 60 gr/l, dan 80 gr/l pada masing – masing kotak perlakuan yang berisi 20 ekor nyamuk Culex. Setelah 1, 2 dan 3 jam dihitung kematian nyamuk Culex dan replikasi dilakukan sebanyak 3 kali.
Hasil Penelitian diketahui kematian nyamuk culex pada konsentrasi 40 gr/l adalah 18,3% – 43,3%, kematian nyamuk culex pada konsentrasi 60gr/l adalah 26,6% - 58,3% dan kematian nyamuk culex pada konsentrasi 80gr/l adalah 36,6% - 73,3%.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ekstrak daun Mindi (Melia azedarach L.) dapat digunakan sebagai insektisida nabati untuk pengendalian nyamuk culex. Penulis menyarankan adanya usaha untuk memberantas vektor nyamuk Culex dengan insektisida nabati khususnya ekstrak daun Mindi (Melia azedarach L.) agar tidak terjadi resistensi pada vektor penyakit dan tidak terjadi pencemaran lingkungan.

Daftar Bacaan : 9 (2000 – 2009)
Klasifikasi :

Minggu, 18 April 2010

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MINDI (Melia Azedarach L.) DALAM
MEMBUNUH NYAMUK CULEX
BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan masyarakat, dimana lingkungan yang buruk dan kotor dapat membawa berbagai penyakit yang mengundang serangga atau binatang pengganggu untuk berkembang biak sehingga kemampuan untuk hidup sehat sulit tercapai.
Untuk mencapai kemampuan hidup sehat dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal yang menjadi salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional, salah satu upaya yang dilakukan yaitu harus menjaga kesehatan lingkungan agar tidak berpengaruh negatif pada kesehatan manusia serta dapat menekan angka kesakitan dan kematian.
Kurang lebih sepersepuluh dari masa hidup kebanyakan orang di negara berkembang di ganggu penyakit, dimana yang masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian yang dominan adalah penyakit infeksi dan parasit. (WHO, 1990)
Adapun penyakit yang masih sering ditemui adalah infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran pencernaan dan infeksi kulit. Penyakit – penyakit infeksi tersebut merupakan penyakit yang menular yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari manusia ke manusia, dari binatang ke manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penularan ini dapat terjadi melalui beberapa cara diantaranya melalui perantara benda mati seperti makanan dan minuman, udara serta melalui vektor yaitu serangga pembawa agen penyakit.
Salah satu vektor penyakit menular adalah nyamuk culex yang dapat menularkan penyakit kaki gajah ( filariasis ) yang di ketahui jumlah penderitanya semakin bertambah demikian juga penyebarannya.
Sampai September 2009 telah terpetakan sebanyak 318 kabupaten dan kota endemis filariasis dari 471 kabupaten dan kota, 94 kabupaten dan kota non-endemis dan 59 kabupaten dan kota masih abu – abu yang akan selesai dipetakan tahun 2009. (Menkokesra, 2009)
Karena besarnya peranan nyamuk culex dalam mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan manusia maka perlu dilakukan usaha pengendalian vektor.

Pada prinsipnya pengendalian tidak sama dengan pembasmian. Pembasmian berarti meniadakan populasi vektor, sedangkan pengendalian merupakan usaha menurunkan ataupun mengurangi populasi vektor sampai ketitik tertentu yang tidak membahayakan kehidupan manusia.
Beberapa cara pengendalian yang dapat dilakukan adalah pengendalian secara mekanik, biologi, ataupun dengan pengubahan lingkungan hidup (environment modification) yaitu penimbunan tempat perindukan nyamuk, pengeringan lagoon – lagoon tempat nyamuk berkembang biak dengan cara pengaliran air. Cara ini merupakan cara yang baik karena nyamuk akan sulit meletakkan telurnya.
Pada saat ini pengendalian yang sering digunakan adalah pengendalian secara kimia. Pengendalian secara kimia yaitu dengan menggunakan racun serangga atau insektisida yang saat ini telah luas pemakainnya. Pemakaian insektisida memang efektif namun sebenarnya dapat juga menimbulkan masalah yang sangat serius bagi manusia dan lingkungan jika tidak digunakan secara tepat dan benar.
Untuk mengurangi dampak penggunaan insektisida secara berlebihan perlu dikembangakan suatu penelitian mengenai zat – zat yang dapat membunuh nyamuk sehingga berfungsi sebagai insektisida nabati alami dan tidak merusak alam serta tidak berbahaya bagi manusia.
Salah satu dari sekian banyak tumbuhan yang dapat digunakan sebagai insektisida nabati adalah pohon Mindi (Melia azaderach L.). Ekstrak daun dengan air atau alkohol dapat mengontrol berbagai jenis hama serangga dan nematoda. Senyawa aktif yang dikandung adalah azadirachtin, selanin dan meliantriol. Daun dan biji Mindi telah dilaporkan dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Ekstrak daun Mindi dapat digunakan pula sebagai bahan untuk mengendalikan hama termsuk belalang. ( Ahmed,s.& Idris, salma, 2010)
Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun Mindi yang efektif untuk membunuh nyamuk.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana efektivitas ekstrak daun Mindi (Melia azaderach L.) dalam membunuh nyamuk culex”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun Mindi dalam membunuh nyamuk culex.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kematian nyamuk culex dengan berbagai konsentrasi ekstrak daun mindi (40gr/l, 60gr/l, 80gr/l)
b. Untuk mengetahui besaran konsentrasi ekstrak daun Mindi yang optimum dalam membunuh nyamuk culex.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, merupakan tambahan pengetahuan penulis dalam penggunaan insektisida nabati.
2. Bagi masyarakat, sebagai bahan masukan bagai masyarakat luas dalam usaha pengendalian nyamuk culex.
3. Bagi institusi, sebagai bahan bacaan tambahan diperpustakaan jurusan kesehatan lingkungan politeknik kesehatan medan.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Tentang Nyamuk Culex

Secara garis besar cara hidup atau siklus hidup semua nyamuk adalah sama tetapi ada sedikit perbedaan dalam perlakuan. Dalam bab ini akan diulas mengenai siklus hidup nyamuk dan perilaku nyamuk culex, dengan adanya ulasan ini diharapkan pembaca dapat memahami secara benar siklus hidup dan perilaku nyamuk culex sehingga tindakan tepat bisa dilakukan.

1. Klasifikasi Nyamuk Culex

Klasifikasi nyamuk berhubungan dengan biologi dikelompokkan kedalam grup dan organisasi yang sesuai dengan persamaan organisme tersebut dan harus konsisten dengan organisme keturunannya serta mempunyai daya infeksi yang relatif sama.
Kedudukan nyamuk culex dalam klasifikasi adalah sebagai berikut :
Divisi : Arthrooda
Classing : Insecta
Ordo : Diptera
Sub Ordo : Nematocera
Super Famili : Culicoidae
Sub Famili : Culicinae
Spesies : Culex

2. Metamorfosis Nyamuk Culex

Nyamuk culex memiliki metamorfosis sempurna (holometabola) sebagai berikut :
a. Telur
Nyamuk culex meletakkan telur diatas permukaan air bergerombol bersatu membentuk rakit tanpa menggunakan pelampung. Sekali bertelur menghasilkan 100 telur dan biasannya dapat bertahan selama 6 bulan. Telur akan menjadi jentik setelah sekitar 2 hari.

b. Larva
Salah satu ciri – ciri dari larva culex adalah memiliki siphon, shipon dengan beberapa kumpulan rambut membentuk sudut dengan permukaan air, ada 4 tingkatan atau instar larva sesuai dengan dengan pertumbuhan larva tersebut yaitu :
- Larva instar I berukuran paling kecil yaitu 1 – 2 mm atau 1 – 2 hari setelah menetas, duri – duri (spinae) pada dada belum jelas dan corong pernafasan pada siphon belum jelas.
- Larva instar II berukuran 2,5 – 3,5 mm atau 2 – 3 hari setelah telur menetas, duri – duri belum jelas, corong kepala mulai menghitam.
- Larva instar III berukuran 4 – 5 mm atau 3 – 4 hari telur menetas, duri – duri dada mulai jelas dan corong pernafasan berwarna coklat kehitaman.
- Larva IV berukuran paling besar yaitu 5 – 6 atau 4-6 hari setelah telur menetas, dengan warna kepala (Pawenang, 1999).


c. Pupa (kepompong)
Sebagian kecil tubuhnya kontak dengan permukaan air, berbentuk terompet panjang dan ramping , 1 - 2 hari menjadi nyamuk culex (buletin harian Dep.Kes.RI,2004).
Bentuk tubuh pupa bengkok dan kepalanya besar membutuhkan waktu 2 – 5 hari. Pupa tidak makan apapun (Kardinan, 2003)

d. Nyamuk Dewasa
Ciri – cirinya berwarna hitam dengan belang – belang putih, kepala hitam dengan putih pada ujungnya, thorax terdapat 2 garis putih berbentuk kurva.


3. Siklus Hidup Nyamuk Culex
Nyamuk culex mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) dari telur, jentik, pupa, hingga imago (dewasa). Seekor nyamuk betina mampu meletakkan telur 100 – 400 butir (kardinan, 2003). Biasannya telur – telur itu diletakkan pada bagian yang dekat dengan permukaan air, misalnya di sawah dan comberan.
Dalam meletakkan telurnya nyamuk culex memiliki karakteristik yang unik. Nyamuk ini meletakkan telurnya secara bergerombol bersatu membentuk rakit tanpa menggunakan pelampung diatas air. Umumnya nyamuk ini akan meletakkan pada temperature sekitar 200C – 300C. setelah nyamuk meletakkan telurnya maka telur akan menetas dalam waktu 1 – 3 hari pada temperature 300C tetapi membutuhkan waktu 7 hari pada suhu 160C. (iskandar, dkk, 1985)
Nyamuk culex betina menghisap darah untuk proses pematangan telurnya. Berbeda dengan nyamuk jantan, nyamuk jantan tidak memerlukan darah tetapi menghisap sari bunga atau nectar, jadi nyamuk betinalah yang berbahaya menyebarkan penyakit dan mengganggu manusia. Nyamuk betina sangat sensitive terhadap gangguan, sehingga memiliki kebiasaan menggigit berulang – ulang. Biasanya menggigit pada pukul 19.00 – 05.00 pagi hari.


4. Perilaku Nyamuk Culex
a. Perilaku mencari darah
- Setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur.
- Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2 – 3 hari sekali.
- Menghisap darah pada waktu malam hari pada pukul 19.00 – 05.00.WIB.
- Jarak terbang nyamuk sekitar 100 m.
- Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan.
b. Perilaku Istirahat
Setelah nyamuk kenyang menghisap darah, nyamuk betina perlu istirahat sekitar 2 – 3 hari mematangkan telur. Tempat beristirahat yang disukai adalah tempat – tempat yang lembab dan kurang terang.
c. Perilaku Berkembang Biak
Nyamuk culex bertelur dan berkembang biak di air jernih atau air kotor seperti comberan, sawah – sawah dan lain sebagainya.




5. Pengendalian Nyamuk Culex
Nyamuk culex tidak dapat dibasmi sampai keakar – akarnya tetapi hanya dapat diturunkan populasinnya saja. Telah diketahui bahwa nyamuk culex dapat menyebabkan penyakit salah satunya filariasis, karena itu untuk memperkecil masalah yang ditimbulkan maka perlu dilakukan upaya pengendalian nyamuk culex yang dapat dilakukan dengan beberapa cara :
a. Secara Mekanik
Yakni dengan memasang kelambu dan pemasangan perangkap nyamuk baik menggunakan cahaya, lem atau rakit pemukul dan membersihkan lingkungan yang potensial dijadikan sebagai sarang nyamuk.
b. Secara Biologi
Memelihara ikan yang relatif kuat dan tahan, misalnya ikan mujair ditempat penampungan air atau diparit-parit sehingga dapat menjadi predator bagi jentik dan pupa nyamuk.
c. Secara Kimia
Dengan menggunakan berbagai macam insektisida racun serangga lainnya, disamping itu insektisida yang digunakan haruslah memenuhi syarat antara lain mempunyai daya bunuh yang tinggi, tidak berbahaya terhadap kesehatan manusia, tidak mengganggu dan membahayaakan hewan lain yang bukan sasaran, mudah didapat serta mudah dalam penggunaannya (Azrul Azwar, 1990).
B. Tinjauan Tentang Pohon Mindi
1. Tinjauan Umum Pohon Mindi
Pohon Mindi atau geringging (Melia azedarach L.) merupakan jenis pohon cepat tumbuh dan selalu hijau di daerah tropis dan menggugurkan daun selama musim dingin, suka cahaya, agak tahan kekeringan, agak toleran terhadap salinitas tanah dan subur dabawah titik beku. Pada umur 10 tahun dapat mencapai tinggi bebas cabang 8 meter dan diameter ± 40 cm.
Pohon Mindi mempunyai morfologi batang silindris, tegak, tidak berbanir, kulit batang (papagan) abu – abu coklat, beralur membentuk garis – garis dan bersisik. Pada pohon yang masih muda memiliki kulit licin dan berintisel, kayu gubal putih coklat, kayu keras coklat kemerahan. Daun majemuk ganda menyirip ganjil, anak daun bundar telur atau lonjong, pinggir helai daun bergerigi. Bunga majemuk malai, pada ketiak daun, panjang malai 10 – 22 cm, warna keunguan, berkelamin dua (biseksual) atau bunga jantan dan bunga betina pada pohon yang sama. Buah bulat jorong, tidak membuka, ukuran 2 – 4 cm x 1 – 2 cm, kulit luar tipis, licin, berkulit kering keriput, kulit dalam keras, buah muda hijau, buah masak kuning, dalam satu buah umumnya terdapat 4 – 5 biji. Biji kecil 3,5x1,6 mm, lonjong, licin, warna coklat, biji kering warna hitam.
Pohon Mindi memiliki persebaran alami di India dan Burma, banyak ditanam di daerah tropis dan sub tropis, di Indonesia banyak ditanam di daerah Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara dan Irian Jaya.
Tanaman Mindi tumbuh pada daerah dataran rendah hingga dataran tinggi, ketinggian 0 – 1200 m diatas permukaan laut, dengan curah hujan rata – rata per tahun 600 – 2000 mm, dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. Tumbuh subur pada tanah berdraise baik, tanah yang dalam, tanah liat berpasir, toleran terhadap tanah dangkal, tanah asin dan basah.






Gbr : Pohon Mindi Gbr : Daun Mindi Gbr : Biji Mindi




2. Klasifikasi Pohon Mindi
Artikel plantamor (2008), menuliskan klasifikasi pohon mindi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Meliaceae
Genus : Melia
Spesies : Melia azedarach L.

3. Manfaat Pohon Mindi
Qitanonq (2006), menuliskan kegunaan pohon mindi adalah sebagai berikut :
a. Kegunaan Kayu
Kayu Mindi sudah terbukti baik sebagai bahan baku mebel untuk ekspor dan domestik. Sifat kayu Mindi yang sesuai untuk mebel adalah kayunya bercorak indah, mudah dikerjakan termasuk kelas kuat III – II dan dapat mongering tanpa cacat. Mebel kayu Mindi dapat terdiri dari kayu utuh atau merupakan kombinasi antara kayu utuh da panel kayu yang di lapisi venir Mindi. Produk lantai kayu biasanya berupa parket atau mozaik. Bahanbaku untuk lantai Mindi yang berupa parket berupa kayu lapis indah (multipleks) dan berupa produk perekatan terdiri dari 3 lapis. Kayu gergajian atau bagian bawah venir sedangkan bagian atas dan tengah berupa kayu gergajian. Pada saat ini kayu gergajian Mindi tebal 5 mm dipakai untuk bagian atas lantai parket 3 lapis dan produknya di ekspor. Di sisi lain, kayu Mindi yang berukuran kecil dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat kerajinan.

b. Kegunaan Bukan Kayu
Daun dan biji Mindi telah dilaporkan dapa digunakan sebagai Pestisida Nabati. Kandungan bahan aktif Mindi sama dengan Mimba (azadirachta indica) yaitu Azadirachtin, selanin, dan meliantriol. Namun kandungan bahan aktifnya lebih rendah dibandingkan dengan mimba sehingga efektivitasnya lebih rendah pula.
Ekstrak daun Mindi dapat digunakan pula sebagai bahan untuk mengendalikan hama termasuk belalang. Kulit Mindi dipakai sebagai penghasil obat untuk mengeluarkan cacing usus. Kulit daun dan akar Mindi telah digunakan ebagai obat rematik, demam, bengkak dan radang. Suatu glicopeptide yang disebut meliacin diisolasi dari daun dan akar Mindi berperan dalam menghambat perkembangan beberapa DNA dan RNA dari beberapa virus misalnya virus polio.
Azadirachtin merupakan molekul kimia C35H44O16 yang termasuk dalam kelompok triterpenoid. Efek primer azadirachtin terhadap serangga berupa antifeedant dengan menghasilkan stimulan detteren spesifik berupa reseptor kimia (chemoreseptor) pada bagian mulut (mouth part) yang bekerja bersama-sama dengan reseptor kimia yang mengganggu persepsi rangsangan untuk makan (phagostimulant).Efek sekunder Azadirachtin yang dikandung mindi berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu hormon yang berfungsi dalam metamorfosa serangga. Serangga akan terganggu pada proses pergantian kulit, ataupun proses perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva menjadi kepompong atau dari kepompong menjadi dewasa. Biasanya kegagalan dalam proses ini seringkali mengakibatkan kematian pada serangga.

Selanin berperan sebagai penurun nafsu makan (antifeedant) yang mengakibatkan daya rusak srangga sangat menurun, walupun serangganya sendiri belum mati.
Meliantriol berperan sebagai penghalau (repellent) yang mengakibatkan hama serangga enggan mendekati zat tersebut.



Rumus Bangun
Azadirachtin







BAB III
METODE PENELITIAN


A. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka konsep penulis adalah seperti yang terlihat dibagan sebagai berikut :
Jumlah Kematian Nyamuk Culex
Konsentrasi Ekstrak Daun Mindi
50gr/l, 70gr/l, 90gr/l variabel Bebas Variabel Terikat
- Suhu Udara
- Lama Waktu Kontak
- Umur Nyamuk
- Kecepatan Angin
- kelembaban
-








Variabel Pengganggu

Keterangan :
Variabel-variabel dalam penelitian adalah sebagai berikut :
a. Variabel bebas
Variabel dalam penelitian ini adalah konsentrasi daun Mindi
40 gr/l, 60 gr/l, 80 gr/l.
b. Variabel terikat
Dalam penelitian ini variabel terikat adalah kematian Nyamuk Culex.
c. Variabel pengganggu
Variabel penggangggu adalah variabel yang dapat mempengaruhi situasi yang di teliti meliputi suhu udara, waktu kontak, umur nyamuk, kelembaban dan kecepatan angin.
B. Defenisi Operasional
No
Variabel
Defenisi
Alat Ukur
Cara Mengukur
Skala Ukur
1
Konsentrasi ekstrak daun Mindi
Kandungan daun Mindi yang diperoleh dengan cara mengekstrak daun Mindi
Timbangan Analitik
Mengukur ekstrak daun Mindi untuk setiap konsentrasi 40gr, 60gr, 80gr dengan menggunakan timbangan neraca.
Interval
2
Suhu Udara
Kondisi panas atau dinginnya udara sebelum dan sesudah perlakuan
Thermometer
Menggunakan thermometer
Interval
3
Umur nyamuk
Nyamuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah umur 1 - 2 hari setelah keluar dari kepompong

Menghitung umur nyamuk setelah keluar dari kepompong di dalam pembiakan
Nominal
4
Waktu kontak
Waktu yang diperlukan mulai disemprotkan ekstrak daun Mindi sampai terjadinya kematian pada nyamuk culex
Stopwatch
Melihat jumlah kematian nyamuk culex setelah setelah di tunggu beberapa jam




Interval
5
Kelembaban
Kondisi kandungan uap air yang terdapat pada lingkungan tempat pembiakan dan kotak pengamatan
Hygrometer
Menggunakan Hygrometer
Interval
6
Efektivitas ekstrak daun Mindi
Kemampuan ekstrak daun Mindi dalam membunuh nyamuk culex.

Menghitung jumlah nyamuk yang mati setelah disemprotkan dengan ekstrak daun Mindi


C. Hipotesis
Dalam penelitian ini penulis membuat hipotesa sebagai berikut :
Ho = Tidak ada perbedaan jumlah nyamuk culex yang mati dari berbagai variasi konsentrasi ekstrak Daun Mindi pada perlakuan.
Ha = Ada perbedaan jumlah nyamuk Culex yang mati dari berbagai variasi konsentrasi ekstrak Daun Mindi pada perlakuan.
D. Interpretasi Data
F hitung > F table Ha diterima dan Ho ditolak dengan α = 0,05
F hitung < F table Ho diterima dan Ha ditolak dengan α = 0,05
E. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental yaitu untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun Mindi yang optimal dalam membunuh nyamuk Culex.
Desain penelitian ini menggunakan metode post - test kontrol design. Dimana objek dibagi dalam dua kelompok yaitu perlakuan diberikan pada salah satu kelompok dan kelompok lain tidak diberikan perlakuan (kelompok kontrol). Setelah waktu yang ditentukan kemudian diobservasi variabel tercoba pada kedua kelompok tersebut. Perbedaan hasil antara kedua kelompok menjelaskan perlakuan.
Desain perlakuan yang akan dilakukan seperti di bawah ini :
X1,2,3 O1
R =
X0 O2
Keterangan :
X1,2,3 : Kelompok perlakuan.
R : Replikasi.
X0 : Kelompok kontrol.
O1 : Pengamatan jumlah nyamuk culex yang mati dari berbagai variasi konsentrasi ekstrak daun Mindi pada perlakuan.
O2 : Pengamatan jumlah nyamuk culex yang mati tanpa perlakuan.
Penelitian ini dilakukan dengan 3 varian konsentrasi ekstrak daun Mindi yakni 40 gr/l, 60 gr/l dan 80 gr/l dengan replikasi sebanyak 3 kali.
F. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium kampus jurusan kesehatan lingkungan kabanjahe.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan juli 2010.
G. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah nyamuk culex yang sudah dibiakkan dalam 12 buah kotak pengamatan dimana 9 buah kotak perlakuan dan 3 buah kotak kontrol. Nyamuk berumur 1- 2 hari dihitung setelah keluar dari kepompong.
H. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data berupa data primer
Pengumpulan data berdasarkan :
1. Hasil eksperimen dari berbagai macam konsentrasi ekstrak daun Mindi dalam membunuh nyamuk culex.
2. Hasil pengukuran suhu udara.
3. Hasil pengukuran kelembaban udara
4. Hasil pengukuran kecepatan angin.



I. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Data diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk tulisan dan tabel.

2. Analisis Data
Setelah pengumpulan dan pengolahan data dilakukan maka untuk melihat ada tidaknya perbedaan jumlah kematian nyamuk Culex terhadap berbagai konsentrasi ekstrak daun Mindi, maka dilakukan analisa secara statistik dengan menggunakan Rumus Analisa Of Variance (ANOVA) sebagai berikut :
1. FK =
2. JK perlakuan =
3. JK Total =
4. JK Galat = JK Total – JK Perlakuan
5. KT Perlakuan =
6. KT Galak Acak =
7. F hitung =

Keterangan :
Y = Jumlah hasil observasi pada perlakuan
Yi = Jumlah hasil observasi ke-I setiap perlakuan
∑ = Total keseluruhan observasi perlakuan
R = Jumlah pengulangan
t = ∑ konsentrasi
n = Replikasi
FK = Jumlah konsentrasi
JK = Jumlah kuadrat
KT = Kuadrat tengah

J. Alat, Bahan dan Prosedur Kerja
1. Alat – alat yang diperlukan :
- Kotak pembiakan
- Media (Aqua)
- Tampah.
- Timbangan.
- Termometer udara.
- Hygrometer.
- Anometer.
- Semprotan ( Spreyer ).
- Gelas ukur
- Corong
- Kertas label.
- Pipet.
- Saringan
- Batang pengaduk
- Penunjuk waktu
- Tumbukan
2. Bahan – bahan yang dipergunakan:
- Daun Mindi.
- Alkohol 70 %
- Nyamuk Culex

3. Cara Pembuatan Ekstrak Daun Mindi
a. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b. Ambil daun Mindi, lalu pisahkan dari ranting untuk mempermudah penumbukan.
c. Daun Mindi ditimbang masing – masing konsentrasi 50gr, 70gr dan 90gr.
d. Setelah ditimbang, masing – masing konsentrasi di tumbuk dan kemudian direndam dengan 1 liter alkohol selama 24 jam dan di beri label sebagai berikut :
- Wadah A = rendaman daun Mindi 50gr/l
- Wadah B = rendaman daun Mindi 70gr/l
- Wadah C = rendaman daun Mindi 90gr/l
e. Setelah 24 jam larutan yang dihasilkan disaring agar didapatkan larutan/ekstrak daun Mindi yang siap di aplikasikan.

4. Cara Pembiakan Nyamuk Culex
a. Buat kotak pengamatan dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm (Depkes RI, 1986) sebanyak 12 buah yang terdiri dari 9 kotak perlakuan dan 3 kotak kontrol.
b. Kemudian ambil jentik nyamuk Culex sebanyak 240 ekor lalu dimasukkan kedalam aqua gelas masing – masing sebanyak 20 ekor jentik.
c. Setelah itu letakkan kotak pengamatan di tempat yang terlindungi (teduh) yang terhindar dari sinar matahari secara langsung. Untuk setiap kotak di beri jarak 50 cm, dengan tujuan untuk mempermudah melakukan penyemprotan.
d. Masukkan aqua gelas yang sudah berisi jentik kedalam kotak pengamatan dan buat kertas putih dibawahnya.
e. Lihat perubahan yang terjadi mulai dari jentik – pupa – nyamuk.

5. Uji Perlakuan
a. Sediakan alat dan bahan yang diperlukan
b. Setiap kotak pengamatan diberi label dan ditempel pada kotak perlakuan dan kotak kontrol sebagai berikut :
- Perlakuan I diberi tanda A : A1, A2, A3
- Perlakuan II diberi tanda B : B1, B2, B3
- Perlakuan III diberi tanda C : C1, C2, C3
- Kontrol diberi tanda K : K1, K2, K3
c. Masing – masing nyamuk sudah berisi nyamuk culex sebanyak 20 ekor
d. Ambil botol yang berisi ekstrak daun Mindi (sesuai konsentrasi) masukkan kedalam sprayer.
e. Kemudian ekstrak daun Mindi disemprotkan pada tiap – tiap perlakuan dengan konsentrasi ekstrak daun Mindi sebagai berikut :
o Perlakuan I : disemprotkan ekstrak daun Mindi dengan konsentrasi 40 gr/l sebanyak 20 ml yang diberi tanda A
o Perlakuan II : disemprotkan ekstrak daun Mindi dengan konsentrasi 60 gr/l sebanyak 20 ml yang diberi tanda B
o Perlakuan III : Disemprotkan ekstrak daun Mindi dengan konsentrasi 80 gr/l sebanyak 20 ml yang diberi tanda C
Penyemprotan dilakukan pada semua permukaan kotak secara merata dengan jarak 30 cm dan tekanan yang sama khususnya dan untuk kotak kontrol yang di semprotkan adalah alkohol 70 %.
f. Sebelum dan sesudah penyemprotan dilakukan pengukuran suhu udara, kecepatan angin dan kelembaban udara kemudian catat hasil pengamatan
g. Lalu amati nyamuk Culex yang mati setiap 1 jam, 2 jam, 3 jam setelah dilakukan penyemprotan dan catat hasilnya.

K. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian terlampir.